Jangan Takut Bersama Lelaki yang Belum Mapan. Tapi Lepaskan Dia yang Kerap Berkata Lelah Saat Berjuang
Di zaman sekarang, banyak cewek yang memilih pasangan dilihat dari
segi materi saja. Seolah mereka takut untuk hidup kekurangan, dan materi
seakan menjamin hidup lebih mudah. Buat beberapa cewek mereka lebih
baik mencari lelaki yang sudah mapan bawaan orangtua daripada menemani
seorang cowok berjuang dari nol.
Kemapanan
kini memang menjadi syarat untuk bisa disebut sebagai pasangan idaman.
Tapi apakah kamu akan pergi begitu saja saat laki-laki yang bersamamu
belum juga menemukan level kemapanannya? Justru bukan laki-laki yang
sedang berjuang, yang layak kamu tinggalkan. Dia yang seringkali mengeluh semasa berjuang, adalah dia yang layak kamu tinggalkan.
1. Upaya baru saja dimulai, tapi dia sudah mengeluh lelah. Jangan ragu untuk pergi, karena kamu tidak akan bahagia memilikinya
Kekasihmu sering mengeluh lelah saat meniti karir? Jadilah teman yang baik, yang bisa jadi mood booster
untuknya. Namun jika selalu mengeluh, bahkan setiap hari dan membuatmu
sebagai pasangan jengkel, jangan ragu untuk meninggalkannya.
Laki-laki
dituntut memiliki keteguhan hati yang lebih daripada perempuan. Karena
dia akan jadi imam sekaligus penuntun bagi keluarganya. Jika setiap saat
dia terlihat lesu dan tampak ingin menyerah, dia bukan laki-laki yang
baik dan tidak bisa jadi penopang hidupmu.
2. Temani laki-lakimu berjuang. Tapi jangan bertahan pada dia yang tak mau bangkit saat jatuh. Itu menunjukkan dia tak memiliki daya juang yang tinggi
Soal
rezeki memang hanya Tuhan Yang Maha Tahu. Begitu juga soal jatuh
bangunnya seseorang. Jangun malu ataupun ragu saat lelakimu jatuh,
temani dan sediakan rengkuhan terhangat saat dia pulang padamu. Begitu
hari berganti, dia akan memiliki keinginan untuk bangun dan siap
menghadapi hidup.
Jika setelah kejatuhannya dia tak mau mencoba
lagi, merasa bosan dengan rasa sakit yang diperolehnya saat membangun
karir, tak ada alasan kuat lainnya yang bisa kamu gunakan untuk
mempertahankan lelaki seperti itu.
Memperjuangkan hidupnya sendiri saja dia malas-malasan, apa kamu yakin dia bersedia berjuang lebih untukmu di masa mendatang?
3. Saat laki-lakimu lelah, hibur dan tenangkan jiwanya. Namun jika tiap harinya banyak mengeluh, jangan banyak berharap bersamanya
Lelah
akan selalu ada selama kita hidup. Dan sebagai pendamping, tugas kita
adalah menghibur dan selalu bisa menenangkan hatinya, kapanpun ia
membutuhkan. Sediakan segelas teh dan dengarkan keluh kesahnya. Namun
satu yang pasti, seorang laki-laki sejati tidak akan banyak mengeluh
sesering apapun hidup melukainya.
Jika lelakimu sudah kerap mengeluhkan ini-itu tentang pekerjaannya, lepaskanlah. Toh selama dia berniat memiliki kehidupan yang lebih baik, sekeras apapun cobaan datang untuknya, selama dia mau berusaha, dia tidak akan mudah dikalahkan.
Apa kamu tahan mendengarkan lelaki yang gemar mengeluh di setiap harinya, padahal hidupmu sendiri pun sudah cukup sulit tanpa ditambah keluh kesahnya.
4. Tak apa saat pasanganmu jatuh dan gagal. Kalau dia bersedia terus mencoba, dia layak kamu temani hingga nanti
Pasanganmu gagal dalam segala upayanya? Tak apa, jangan pergi dan tetaplah setia menemani. Apalagi kalau dia mau dan tak ragu untuk terus mencoba lagi. Bukan perkara berapa hasil atau berapa rugi yang dia dapatkan semasa berjuangnya, tapi berapa kali dia bangun dan berapa kali dia mau bangkit .Toh sukses tidak akan didapatkan dalam semalam, kamu sebagai pasangan diharapkan untuk mau memakluminya. Mungkin kini dia bukan apa-apa untuk orang lain, tapi disertai doa dan dorongan semangatmu yang tak luntur karena kegagalannya, dia bisa jadi seseorang yang lebih daripada dia hari ini.
Semua tergantung padanya, percuma saja kamu mengajaknya berdiri tiap hari, sementara dia enggan dan lebih memilih terpuruk selamanya.
5. Laki-laki yang malas dan sekadar lelah itu berbeda. Sebagai pendamping, kamu wajib paham mana yang memang enggan lagi berjuang atau sekadar butuh suntikan semangat
Kamu
sebagai perempuan harus bisa membedakan mana laki-laki yang memang
sedang berjuang untuk mapan, atau yang sekadar bicara omong kosong.
Lelaki yang memang sedang nyata berjuang mungkin tak memiliki banyak
waktu menemani kamu kemana-mana, karena dia mesti menyelesaikan tumpukan
pekerjaan, dan tak sempat memberi kabar setiap waktu.
Dia yang
nyata berjuang tak malu untuk memulai dari nol. Hidupnya realistis,
bahwa untuk sampai di atas dia perlu berjuang dari bawah. Berbeda dengan
dia yang memang malas memulai. Hidupnya hanya dihabiskan main
kesana-kesini, hura-hura meski umur sudah dewasa, dia tak malu masih
minta pada orangtua.
Yakinkan pada pasanganmu
bahwa di dunia ini memang ada seorang perempuan yang mau menemani
berjuang, bukan sekadar dongeng belaka. Dalam hidup bukan tentang
bagaimana kamu bisa membalas saat “dipukul”. Tapi tentang bagaimana kamu
bisa kembali berdiri lagi saat “dijatuhkan” berulang kali.